Wednesday, June 30, 2010

Asia Tenggara Pasar Empuk 4G Wimax

Kuala Lumpur - Asia Tenggara, khususnya negara-negara berkembang seperti Indonesia, memang pasar yang empuk untuk mengembangkan bisnis penyelenggaraan layanan internet nirkabel berbasis 4G Wimax yang menawarkan kecepatan tinggi.

Tak hanya dibidik oleh negara-negara Eropa, sesama negara Asia pun saling intip peluang bisnis basah ini. Tak mau kalah cepat, raksasa telekomunikasi dari Korea Selatan, SK Telecom, pun mulai mengambil langkah konkret untuk menaklukan pasar Wimax di Asia.

Operator itu baru saja menanamkan investasi US$ 100 juta kepada Packet One Network (P1), salah satu penyedia jaringan layanan Wimax di Malaysia. Dengan investasi ini, maka SK Telecom berhak memiliki 25,8% saham P1.

SK Telecom yang menguasai lebih dari pasar mobile seluler di Korea Selatan, berharap bisa memanfaatkan investasinya di P1 sebagai langkah awal untuk menaklukkan pasar Wimax dan wireless broadband lainnya di Asia Tenggara dan negara-negara berkembang.

Dalam perjanjiannya, kedua perusahaan itu juga akan berbagi ilmu teknologi dan keahlian teknis jaringan termasuk portofolio pelanggan.

"Aliansi ini memberikan peluang bagi SK Telecom untuk berkembang menjadi perusahaan telekomunikasi yang memiliki teknologi paling mutakhir dan pemasaran yang inovatif," ujar Ki Haeng Cho, head of Global Management Services SK Telecom di sela penandatangan kerja sama di Hotel Sunway, Malaysia, Selasa petang (29/6/2010).

"Investasi yang kami lakukan juga memberi peluang untuk berpartisipasi dalam setiap peluang Wimax dan wireless broadband lainnya di seantero Asia Tenggara dan pasar negara berkembang," papar Cho lebih lanjut.

P1 sendiri merupakan penyelenggara jaringan Wimax komersial pertama di Malaysia. Anak perusahaan Green Packet ini menerima pinangan SK Telecom agar punya suntikan dana untuk mengembangkan cakupan jangkauan layanannya, sehingga di 2012 nanti bisa melayani 65% dari total populasi penduduk Malaysia yang mencapai 28 juta.

Layanan P1 di Malaysia


"Saat ini coverage kami sudah menjangkau 38% hingga 40% populasi penduduk. Sementara pemerintah Malaysia menargetkan hingga akhir 2010 ini akses broadband sudah melayani sedikitnya 50% dari 6 juta rumah tangga. Kami harus menunaikan komitmen kami," kata CEO P1, Michael Lai, dalam kerjasama yang ikut disaksikan detikINET.

Sejak akhir 2008 lalu, P1 telah membangun 800 titik infrastruktur base station Wimax yang menjangkau bagian timur dan barat Malaysia. Untuk membangun base station tersebut--belum termasuk backbone serat optik, IP core, dan lainnya--P1 telah menghabiskan US$ 100 juta lebih.

P1 yang menggunakan Wimax 802.16e memiliki frekuensi 30 MHz untuk menggelar jaringannya dengan lisensi cakupan nasional. Sementara di Indonesia, Wimax yang baru hadir 2010 ini hanya diberikan lebar frekuensi 15 MHz. Meski sama-sama beroperasi di pita 2,3 GHz, namun Indonesia menganut standardisasi Wimax 802.16d nomadic.

"Kini kami telah memiliki 175 ribu pelanggan dengan ARPU (average revenue per user atau pendapatan rata-rata dari tiap pelanggan) 80 RM (sekitar Rp 230 ribu)," kata Lai.

P1 menawarkan akses Wimax berbasis volume base, belum unlimited. Untuk pelanggan prabayar, tarif yang dikenakan dalam hitungan per kilobit. Sementara untuk pascabayar, P1 menawarkan kuota sekitar 20-30 GB dengan tarif 88 RM atau sekitar Rp 250 ribu per bulan.

Menurut produsen chipset Intel, Wimax yang merupakan kependekan dari Worldwide Interoperability for Microwave Access, memiliki kecepatan akses 5-10 Mbps. Namun saat dicoba di lapangan, koneksi yang bisa dihasilkan dalam keadaan bergerak cuma 3,7 Mbps.

Meski demikian, koneksi internet lewat Wimax praktis lebih cepat dari pada koneksi internet nirkabel dengan seluler 3G yang ada saat ini.

sumber detik.com

Related Posts by Categories



No comments:




Powered By Blogger